Rabu, 22 Mei 2013

aku tetap menunggu

Sunyinya malam membuat indera pendengar ku tertuju pada jam dinding. Entah mengapa detik demi detik aku dengar perlahan-lahan berlalu tiba-tiba mengingatkanku saat kedekatan kita, canda tawa kita kini semakin berlalu semakin menghilang. Ditambah lagi suara gemuruhnya angin malam sepoy-sepoy lewat entah kemana perginya, mengingatkanku pada sosok dirimu yang pernah mengisi keseharianku dan kini entah dimana sekarang. Disaat malam berubah menjadi fajar, aku baru menyadari masih ada matahari, dan masih ada awan yang tetap menunggu kelamnya malam hingga berganti waktu menjadi fajar. Aku faham semua butuh proses, aku tahu semua butuh waktu, aku yakin semua butuh pengorbanan. Seburuk apapun kamu. Separah apapun kamu. Seperti malam yang tetap menunggu waktu fajar. Akupun tetap setia menunggu perubahanmu. Dan jika aku menjadi malam, aku tetap menunggu kelamnya malam dan sunyinya malam hingga mengubah semua itu menjadi indah. Aku memang tak sempurna, tapi kelebihanku mampu menutup kekuranganmu. Aku memang bukan yang terindah, tapi aku yang terbaik, aku adalah orang yang tulus menerima dan menunggu semua itu hingga semua berakhir indah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar