Jumat, 31 Mei 2013

kita tak sepasang

Aku terbangunkan dari tidur siang ini, suara air hujan yang jatuh di atap rumah terdengar hingga menyita fikiranku. Rintik-rintik suara air hujan turun perlahan di waktu senja ini. Dengan seriusnya lalu aku melihatnya melalui kaca jendela kamarku. Tapi mengapa ada air lain yang tiba-tiba jatuh dengan cepatnya di jari kananku. Dengan tak sadarnya air mata ini jatuh dengan sendirinya. Apa yang aku rasakan ini? apa yang sedang terjadi? Tak mungkin aku harus mengakuinya untuk berulang kali.
Terkadang aku berfikir tentang penyu. Penyu yang hidup selalu bersama pasangannya. Jika pasangannya tertinggal, dengan sabarnya si penyu menunggu pasangannya hingga mereka berenang mengambang entah yang lainnya maupun hingga terkena ombak pantai mereka tetap bersama. Lalu aku bertanya-tanya, apakah sepasang manusia bisa seperti seekor binatang seperti penyu yang selalu bersama pasangannya? Ini fikiran konyol, tapi entah kenapa aku iri dengan seekor penyu. Mungkin karena kebersamaan mereka.
Kamu itu seperti pelangi sehabis hujan, terkadang kamu membuat aku berwarna terkadang juga kamu membuat jatuh air mataku. Jika kita sepasang sendal, tapi kenapa kamu memilih satu sendal kamu berbeda dengan yang kamu punya? Jelas-jelas aku sama dengan kamu, satu pasang sendal yang sama mereknya lalu sama bentuk dan warnanya. Kenapa kamu memilih yang berbeda? Jelas-jelas satu sendal yang kamu pilih berbeda dengan bentuk dan jenis dengan yang kamu punya. Karena yang kamu pilih berbeda, dan itu tidak nyaman dengan kaki seseorang yang memakainya pasti akan sakit terus lecet. Apa kamu akan kuat menahan rasa ketidaknyaman jika memakai sepasang sendal yang berbeda ukuran,jenis,dan bentuknya? Pasti tidak enak rasanya. Sekarang aku faham, engga harus semua yang kamu ingin itu sama dengan kehendak kamu. Engga harus juga yang kamu ingin itu ada dihidup kamu. Layaknya dengan benda mati seperti sendal, bukan berarti yang kamu lihat sama dan cocok itu bakal jadi sepasang. Mungkin kelihatannya sendal itu bentuk,ukuran, dan jenisnya sama. Tapi apa kamu yakin itu benar-benar sama persis dan cocok? Belum tentu kan. Bisa jadi satu sendalnya ada goresannya, bisa jadi juga bentuknya yang satu tidak sesempurna satu sendalnya lagi. Mungkin aku tidak tahu semua ini. Dan aku tidak tahu apa alasanmu. Mungkin satu sendal pencarianmu itu, yang jelas-jelas menurutku lebih jauh berbeda dibanding sendal ku ini lebih baik menurutmu. Entah kamu nyaman atau tidak dengan perbedaannya. Tapi mungkin kamu yang terlanjur nyaman dengan satu sendal pasangan sendal kamu ini. Hanya kamu yang tahu tingkat kenyamanan ini. Entah sampai kapan sipemakai sendal ini akan hilang kenyamanannya dengan sepasang sendal yang berbeda. Entahlah... Apa kamu masih membutuhkan satu sendal yang sama dengan kamu ini? Aku tidak tahu, aku hanya dapat menunggunya. Tapi jika kamu masih membutuhkannya, aku berharap kamu masih tetap menyimpan satu sendal yang jelas-jelas berbeda dengan kamu. Jika kita menjadi sepasang sendal, aku ikhlas jika satu sendal berbeda itu masih kamu simpan. Aku faham, kesamaan ini bukan berarti kenyamanan untuk kamu. Aku faham, kalau kita menjadi sepasang sendal, tetap saja kita tak berpasang. Karena kamu masih berharap sendal pencarianmu itu menjadi satu sendal pasanganmu. Aku tahu, kita tak akan pernah berpasangan. Aku ikhlas kalaupun aku hanya menjadi batu loncatan untuk pencarian pasangan hidupmu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar